Resistensi antibiotik adalah ancaman kesehatan global yang semakin mendesak. Bakteri yang kebal terhadap antibiotik membuat infeksi biasa menjadi sulit diobati, meningkatkan risiko penyakit parah, kecacatan, dan kematian. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyadari urgensi masalah ini dan telah menyusun roadmap strategis menuju tahun 2030 untuk memperkuat perang melawan resistensi antibiotik di Indonesia.
Roadmap IDI ini berfokus pada beberapa pilar utama yang saling terkait dan komprehensif:
1. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi: Pilar pertama adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antibiotik di kalangan dokter, tenaga kesehatan lain, pasien, dan masyarakat umum. IDI akan aktif mengembangkan dan menyebarkan materi edukasi yang jelas dan mudah dipahami melalui berbagai kanal, termasuk media sosial, seminar, dan pelatihan berkelanjutan bagi anggota. Kampanye publik yang melibatkan tokoh masyarakat dan media juga akan digalakkan.
2. Penguatan Tata Laksana Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Pilar ini menekankan pentingnya penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional. IDI akan memperbarui dan mensosialisasikan pedoman tata laksana infeksi berbasis bukti terkini kepada seluruh dokter. Program stewardship antibiotik di fasilitas kesehatan akan didorong dan dipantau. Pengawasan terhadap peresepan dan penjualan antibiotik secara bebas juga menjadi fokus utama.
3. Peningkatan Surveilans Resistensi Antibiotik: Data yang akurat dan berkelanjutan tentang pola resistensi antibiotik sangat penting untuk menginformasikan kebijakan dan intervensi yang efektif. IDI akan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dan lembaga terkait untuk memperkuat sistem surveilans resistensi antibiotik di tingkat nasional dan daerah. Partisipasi aktif dokter dalam pengumpulan dan pelaporan data resistensi akan ditingkatkan.
4. Promosi Penelitian dan Pengembangan Antibiotik Baru serta Alternatifnya: Mengingat semakin terbatasnya pilihan antibiotik yang efektif, penelitian dan pengembangan antibiotik baru serta alternatif terapi non-antibiotik menjadi krusial. IDI akan mendorong dan memfasilitasi kolaborasi antara peneliti, akademisi, dan industri farmasi dalam upaya ini. Dukungan terhadap riset mikrobiologi dan pengembangan metode diagnostik cepat juga akan ditingkatkan.
5. Penguatan Kemitraan Multisektoral: Resistensi antibiotik adalah masalah kompleks yang memerlukan pendekatan One Health, melibatkan sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. IDI akan memperkuat kemitraan dengan organisasi profesi lain (seperti dokter hewan), kementerian terkait (pertanian, lingkungan), dan organisasi internasional untuk mengembangkan strategi yang terintegrasi dan holistik.
Target IDI Menuju 2030:
- Peningkatan signifikan pengetahuan dan kesadaran masyarakat serta tenaga kesehatan tentang resistensi antibiotik.
- Penurunan angka penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan tidak perlu.
- Penguatan sistem surveilans resistensi antibiotik yang komprehensif dan terintegrasi.
- Peningkatan jumlah penelitian dan inovasi di bidang antibiotik dan alternatif terapi.
- Terbentuknya kemitraan multisektoral yang kuat dan berkelanjutan dalam pengendalian resistensi antibiotik.
IDI menyadari bahwa perang melawan resistensi antibiotik adalah marathon yang membutuhkan komitmen dan kerja keras berkelanjutan. Melalui roadmap yang jelas dan implementasi yang konsisten, IDI optimis dapat berkontribusi secara signifikan dalam melindungi generasi sekarang dan mendatang dari ancaman resistensi antibiotik di Indonesia. Ini adalah tanggung jawab bersama yang tidak bisa ditunda.